Antara Kekhawatiran dan Harapan: Debat Amerika Serikat Mengenai Masa Depan Kecerdasan Buatan

Amerika Serikat

Debat terkait perkembangan kecerdasan buatan (AI) dan dampaknya terhadap kemanusiaan terus memanas, terutama di Amerika Serikat, di mana publik menunjukkan reaksi yang bercampur. Menurut survei terbaru yang dilakukan oleh Reuters/Ipsos, sebanyak 61% warga Amerika menganggap AI sebagai ancaman terhadap peradaban manusia. Namun, di sisi lain, inovasi dalam bidang AI juga mendapatkan sambutan hangat berkat kemampuannya dalam memajukan berbagai sektor penting.

Pusat Riset Pew, lembaga ternama yang juga ikut menyoroti isu ini, telah mengeksplorasi berbagai aspek terkait penyebaran AI. Menurut laporannya, terdapat kekhawatiran bahwa etika desain AI mungkin tidak akan diadopsi secara luas dalam dekade mendatang. Hal ini menunjukkan bahwa ada tantangan serius yang perlu diatasi untuk memastikan bahwa AI dapat berkembang tanpa mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan.

Geoffrey Hinton, salah satu tokoh penting dalam dunia AI, juga mengungkapkan kekhawatirannya. Dalam wawancara terbaru, Hinton memprediksi bahwa AI bisa menjadi ancaman bagi kemanusiaan dalam rentang waktu 5 hingga 20 tahun mendatang. Dia juga menyinggung kemungkinan bahwa untuk pertama kalinya, manusia mungkin akan berhadapan dengan “entitas” yang memiliki kecerdasan melebihi manusia.


Debat ini juga membawa ke permukaan konsep “Longtermism”. Konsep ini mengemukakan bahwa AI memiliki potensi untuk menghadirkan risiko jangka panjang atau eksistensial bagi masa depan kemanusiaan, terutama jika AI berkembang menjadi superinteligensi yang tak terkendali.

Namun, di tengah kekhawatiran yang mendalam, diskusi mengenai bagaimana AI dapat diarahkan untuk bekerja bersama manusia, bukan menggantikannya, juga terus berkembang. Inilah yang menjadi harapan baru: bahwa dengan regulasi dan pengembangan yang tepat, AI dapat menjadi mitra berharga bagi kemanusiaan, bukan ancamannya. Dengan demikian, debat ini akan terus berlanjut, seiring dengan usaha para pemangku kepentingan untuk membimbing arah perkembangan dan regulasi teknologi AI di masa mendatang.

Sumber: VOA