Bahaya Daging Dibiarkan di Suhu Ruangan: Risiko Keracunan Hingga Potensi Maut
Membiarkan daging pada suhu ruangan selama berjam-jam dapat menjadi ancaman serius bagi kesehatan. Dalam rentang waktu yang singkat, bakteri berbahaya seperti Salmonella, E. coli, dan Staphylococcus aureus mulai berkembang biak dengan cepat, terutama ketika suhu lingkungan berada di antara 5°C hingga 60°C, yang dikenal sebagai “zona bahaya” untuk makanan.
Jika daging dibiarkan lebih dari dua jam di suhu ruangan, risiko kontaminasi bakteri meningkat signifikan. Bakteri tersebut dapat menyebabkan keracunan makanan dengan gejala seperti mual, muntah, diare, hingga demam tinggi. Kelompok rentan seperti anak-anak, orang tua, dan mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah berisiko lebih tinggi mengalami kondisi parah.
Selain itu, beberapa jenis bakteri tidak hanya tumbuh pada daging, tetapi juga menghasilkan racun berbahaya. Sebagai contoh, Staphylococcus aureus bisa menghasilkan enterotoksin yang tetap berbahaya bahkan setelah daging dimasak. Racun ini berpotensi menyebabkan keracunan makanan yang parah.
Kasus langka namun mematikan seperti botulisme juga dapat terjadi akibat bakteri Clostridium botulinum. Bakteri ini tumbuh dalam kondisi tanpa oksigen, seperti pada daging yang dibiarkan di suhu ruangan dalam kemasan tertutup rapat. Botulisme dapat menyebabkan kelumpuhan saraf hingga berujung pada kematian jika tidak segera ditangani.
Sebagai tindakan pencegahan, aturan umum yang disarankan adalah tidak membiarkan daging berada di suhu ruangan lebih dari dua jam. Jika suhu lingkungan melebihi 32°C, waktu aman untuk menyimpan daging di luar pendingin berkurang menjadi satu jam.
Jika daging sudah terlanjur dibiarkan lebih dari batas waktu tersebut, sebaiknya langsung dibuang. Menyimpan daging dalam lemari es dengan suhu di bawah 4°C atau langsung memasaknya setelah dibeli adalah langkah terbaik untuk mencegah keracunan makanan.
Membiarkan daging di suhu ruangan lebih dari dua jam berpotensi menyebabkan risiko kesehatan yang serius. Keracunan makanan dapat berdampak parah, bahkan fatal, seperti pada kasus botulisme.
Responses