
Korupsi Bikin Sakit Jiwa? Bukti Ilmiah Ungkap Dampak Psikologisnya
Studi Terbaru Tunjukkan Korupsi Tak Sekadar Merugikan Negara, Tapi Menghancurkan Mental Warga
Korupsi bukan hanya persoalan hukum atau kerugian negara. Lebih dari itu, ia menimbulkan luka psikologis yang dalam bagi rakyat. Penelitian terbaru dari Tiongkok yang melibatkan 7.845 responden menunjukkan bahwa meningkatnya persepsi terhadap korupsi pemerintah berkorelasi kuat dengan meningkatnya gejala depresi (β = 0.065, p < 0.001) (sumber). Studi ini bahkan menemukan bahwa kepercayaan publik terhadap institusi menjadi jembatan utama yang menghubungkan korupsi dengan gangguan mental.
Ketidakpercayaan Publik Mengikis Kesehatan Mental
Dampak jangka panjang lainnya ditemukan di Ghana dan Vietnam. Warga yang harus menyuap untuk mendapat layanan publik mengalami stres kronis dan kecemasan. Dalam konteks demokrasi, rasa tidak berdaya ini dapat menurunkan partisipasi politik dan memperkuat apatisme sosial (sumber Vietnam).
Krisis Identitas dan Normalisasi Korupsi
Lebih mengkhawatirkan, masyarakat mulai menganggap perilaku koruptif sebagai hal lumrah. Anak muda tumbuh dengan mindset bahwa “kalau mau sukses, harus main kotor.” Ini memunculkan krisis nilai dan rusaknya identitas kolektif bangsa (sumber Nature).
Korupsi telah merambah jauh hingga merusak fondasi psikologis masyarakat. Ini bukan lagi soal uang negara, melainkan tentang kehancuran kepercayaan dan kesehatan mental publik. Negara yang ingin pulih tak cukup menindak pelaku korupsi, tapi harus menyembuhkan luka sosial yang ditinggalkan.
Ketika Korupsi Menjadi Racun Kolektif
Responses