Twitter Serahkan 201 Akun Rusia Pendukung Donald Trump

malline.id

Atas permintaan senat investigator, Twitter akhirnya menyerahkan nama-nama atau akun yang diduga punya hubungan dengan Rusia, terkait upaya mempengaruhi hasil Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) 2016 lalu.

Tercatat ada 201 akun yang diserahkan Twitter sejauh ini. Perusahaan berlogo burung biru tersebut berupaya kooperatif dengan pemerintah AS, setelah sebelumnya sering dikritik karena dinilai tidak serius menganggap investigasi kongres.

penyerahan data 201 akun tersebut dilakukan pekan ini. Namun belum jelas apakah postingan yang terkait dengan akun-akun tersebut sudah dihapus dari server Twitter atau belum.


Sumber lain yang dikutip dari Politico melaporkan, Twitter telah menghapus sebagian tweet dengan alasan kebijakan privasi yang dijalankannya. Namun Twittee sendiri tidak memberikan komentar terkait laporan ini.

Kebijakan Twitter memang mengharuskan penghapusan tweet (dari server) yang dihapus oleh penggunanya. Namun secara bersamaan, kebijakan tersebut juga menetapkan sebuah tweet bisa tetap ditemukan.

Misalnya, retweet dari tweet yang sudah dihapus akan tetap ada jika orang yang meretweet menambahkan komentar. Lagipula, Twitter juga tidak bisa menghapus tweet yang disimpan sementara (cached) oleh layanan seperti Google, atau jika diposting ulang di layanan lain.

Twitter bisa menemukan lagi sejumlah informasi tweet yang sudah dihapus, menurut sumber yang tidak disebutkan namanya. Dia menambahkan, Twitter bekerjasama dengan investigator untuk menemukan informasi yang bisa menjadi petunjuk.

Twitter sebelumnya mengungkap keberadaan sejumlah akun yang terkait dengan Internet Research Agency asal Rusia. Setelah mengetahui polanya, Twitter menangguhkan 22 akun yang dinilai memecah belah sosial dan politik selama masa kampanye Pilpres AS 2016. Ditemukan pula sebanyak 179 akun yang saling terkait dan Twitter menindaknya karena dianggap spam.

Tak hanya Twitter, Facebook dan Google pun diminta memberikan keterangan terkait isu ini. Mereka menjadi bagian dari investigasi anggota parlemen dan Departemen Kehakiman AS.

Facebook sendiri akan menyerahkan sebanyak 3.000 iklan politik pada parlemen AS. Iklan itu diduga didanai oleh pihak tertentu di Rusia selama kampanye Pilpres. Rusia selama ini memang dicurigai turut membantu Donald Trump menjadi Presiden AS melalui aktivitas di dunia cyber. Namun dugaan yang selalu dibantah oleh Trump, demikian juga oleh otoritas Rusia.