Pendapat Ahli tentang Kemunculan Corona Varian IHU di Perancis

Mantan Direktur WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama menanggapi beredar kabar SarS-CoV-2 varian IHU atau B.1640.2, yang pertama kali diidentifikasi di Perancis.


Tjandra yang juga merupakan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) mengatakan tidak ada tata nama atau nomenklatur varian IHU dalam virus Corona. Ia mengatakan IHU merupakan nama institut yang salah satu stafnya melaporkan dugaan temuan mutasi virus.

“Abjad Yunani yang biasa dijadikan patokan WHO untuk memberi nama varian baru SarS CoV-2 penyebab Covid-19,”


Menurutnya, sesuai aturan International Health Regulation (IHR), jika ada kecurigaan penyakit menular maka yang resmi melaporkan ke WHO adalah IHR focal point di negara tersebut.

Laporan tersebut juga biasanya dilengkapi analisa mendalam berdasarkan berbagai laporan pakar di nagara temuan penyakit.

Kalau hanya berdasarkan satu pendapat ahli, menurut Tjandra maka masih perlu analisa mendalam sebelum nantinya dilaporkan ke IHR focal point di tiap negara.

Tjandra sebelumnya sempat menjadi IHR focal point selama lima tahun di Indonesia. Ia menyarankan sebaiknya masyarakat tunggu data ilmiah yang lebih jelas dari temuan tersebut.

Di samping itu Tjandra mengatakan varian IHU disebut juga sebagai varian B.1640.2. Padahal pada 22 November lalu, WHO sudah menggolongkan Variant Under Monitoring (VUM) pada B.1640, namun tanpa tambahan angka dua di belakangnya.

Laporan VUM itu bersama dengan varian B.1.1.318 dan C.1.2. Jadi sekarang total ada tiga varian yang masuk kategori VUM.

“Bisa saja sesudah dimonitor lalu dianggap tidak bermasalah dan dimasukkan kedalam Formerly monitored variants, atau kalau memang bermasalah akan dijadikan Variant of Interest,” ujar Tjandra.

Sebagai informasi, saat ini ada total lima varian yang dimasukkan kedalam “Variant of Cencern (VOC) tentunya semua penamaan varian menggunakan nama sesuai abjad Yunani.

Dikutip Times, Organisasi Kesehatan Dunia WHO mengatakan varian IHU yang pertama ditemukan di Perancis bukan merupakan ancaman besar. Hal itu disampaikan sejak pertama kali diidentifikasi pada November lalu.

Varian IHU mulanya diidentifikasi pada 12 orang di Pegunungan Alpen selatan, bersamaan ketika Omicron ditemukan di Afrika Selatan tahun lalu.

Mutasi IHU pertama kali ditemukan oleh peneliti di IHU Mediterranee Infection, Prancis. Penelitian itu dipimpin oleh ilmuwan Didier Raoult.

Menurut para peneliti, pasien pertama yang diidentifikasi dengan varian tersebut telah divaksinasi dan baru saja kembali dari Kamerun.

Laporan temuan tersebut kemudian diunggah dalam sebuah makalah yang diterbitkan di medRxiv, pada akhir Desember lalu. Namun penelitian itu belum ditinjau sejawat atau belum peer-review.