Syria Clashes 13 1752954904

Bentrok Mematikan di Suriah Selatan Memanas

Pertempuran sengit yang terjadi di Suriah Selatan sejak 13 Juli 2025 terus memanas hingga menewaskan hampir 600 orang dan memaksa lebih dari 87.000 warga mengungsi dari rumah mereka. Kekerasan pecah pertama kali di Provinsi Suwayda, ketika kelompok milisi Druze terlibat bentrok dengan suku-suku Bedouin setelah insiden penculikan dan perampokan terhadap pemuda Druze.

Awal Konflik di Suwayda

Konflik bermula dari ketegangan sektarian antara Druze dan Bedouin, yang secara historis memang rentan terhadap gesekan sosial. Menurut laporan AP News, penculikan seorang pemuda Druze oleh kelompok Bedouin pada 13 Juli menjadi pemicu pecahnya bentrok bersenjata skala besar.

Dalam waktu singkat, situasi memburuk. Pemerintah transisi pimpinan Presiden Ahmed al-Sharaa merespons dengan mengirim pasukan pada 14 Juli untuk meredakan kekerasan, namun justru memperburuk keadaan. Para milisi Druze merespons dengan serangan balik, memicu gelombang kekerasan yang lebih besar.

Advertisements

Israel Terliban dalam Konflik

Di tengah ketegangan yang meningkat, Israel ikut campur dengan melancarkan serangan udara ke Damaskus dan wilayah Suwayda pada 15-16 Juli. Israel berdalih bahwa serangan ini dilakukan demi melindungi komunitas Druze dari kekerasan pemerintah dan Bedouin serta menuntut penarikan pasukan pemerintah Suriah dari Suwayda. Serangan ini dikabarkan menghancurkan sejumlah fasilitas militer Suriah, termasuk kantor Kementerian Pertahanan di Damaskus (TIME).

Situasi ini memperumit konflik, karena selain menghadapi konflik internal, pemerintah Suriah kini juga harus menghadapi tekanan militer dari luar negeri.

Kondisi Kemanusiaan Memburuk

Akibat kekerasan ini, ribuan warga Suwayda terjebak dalam situasi yang semakin sulit. Infrastruktur penting seperti listrik, air bersih, dan jaringan komunikasi terputus total di banyak wilayah. Kondisi ini diperparah dengan adanya laporan pelanggaran HAM serius dari berbagai pihak, termasuk eksekusi di luar proses hukum, penculikan, hingga pembantaian.

Seperti dilaporkan oleh Reuters, upaya gencatan senjata yang dilakukan antara 16-18 Juli berhasil meredakan situasi sementara, namun bentrokan sporadis masih terjadi di beberapa titik.

Suriah
Bentrok Mematikan di Suriah Selatan Memanas 3

Upaya Gencatan Senjata & Mediasi Internasional

Melalui mediasi internasional yang melibatkan AS, Turki, dan Yordania, gencatan senjata berhasil disepakati secara terbatas. Pemerintah transisi Suriah diizinkan untuk mengirim pasukan guna memulihkan situasi keamanan di kota Suwayda selama 48 jam.

Meski demikian, ketegangan masih terus berlangsung. Ribuan warga Druze Israel dilaporkan mencoba melintasi perbatasan sebagai bentuk solidaritas terhadap sesama Druze di Suwayda, namun mereka dihentikan oleh tentara Israel (Washington Post).

Dampak Jangka Panjang

Selain korban jiwa yang mencapai hampir 600 orang, lebih dari 87 ribu warga mengungsi dari rumah mereka. Konflik ini juga berpotensi menciptakan ketidakstabilan jangka panjang di wilayah selatan Suriah, yang sebelumnya relatif tenang setelah perang saudara mereda.

Saat ini, komunitas internasional terus mendorong semua pihak untuk menahan diri agar situasi tidak semakin memburuk. Namun, dengan kondisi yang masih sangat sensitif, tidak ada jaminan bahwa gencatan senjata yang rapuh ini akan bertahan lama.

Di tengah situasi yang masih rawan, warga sipil tetap menjadi korban utama konflik bersenjata di Suriah Selatan. Tanpa resolusi damai yang segera, potensi tragedi kemanusiaan lebih besar akan tetap mengancam wilayah tersebut.

Related Articles

Responses