Kemiskinan Masih Menghambat Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Kemiskinan di Indonesia tetap menjadi tantangan besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada tahun 2023, sekitar 26,36 juta orang atau 9,57% dari total penduduk hidup di bawah garis kemiskinan. Meskipun ada penurunan, dampak kemiskinan terhadap ekonomi Indonesia tetap signifikan dan tidak bisa diabaikan.
Kemiskinan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi dan memperparah kesenjangan pendapatan. Pertumbuhan ekonomi yang pesat sering kali hanya menguntungkan kalangan atas, sementara masyarakat miskin, terutama di pedesaan, mendapatkan manfaat yang jauh lebih kecil. Ini disebabkan oleh konsentrasi pertumbuhan pada sektor-sektor yang tidak melibatkan langsung masyarakat miskin.
Masyarakat pedesaan adalah kelompok yang paling terdampak oleh kemiskinan, dengan akses terbatas terhadap infrastruktur, pendidikan, dan teknologi. Keterbatasan ini mempengaruhi kualitas sumber daya manusia serta mengurangi peluang ekonomi di daerah tertinggal.
Masalah kemiskinan di Indonesia mencuat kembali sejak krisis ekonomi Asia pada 1997-1998. Pemulihan yang lambat dan kebijakan desentralisasi yang tidak merata membuat kemiskinan tetap menjadi isu kritis hingga saat ini. Daerah pedesaan, meskipun menjadi sentra pertanian, memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi, terutama karena banyak petani adalah pembeli bersih makanan, bukan produsen.
Kemiskinan bertahan karena ketidakmerataan infrastruktur dan pendidikan, serta penerapan kebijakan desentralisasi yang tidak merata. Para ahli menyarankan bahwa untuk mengatasi kemiskinan, pemerintah harus fokus tidak hanya pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga peningkatan akses infrastruktur, pendidikan, dan teknologi di daerah tertinggal. Kebijakan yang adil di sektor pedesaan menjadi kunci untuk mengurangi kemiskinan secara signifikan.
Kemiskinan terus menjadi penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan pemerintah dihadapkan pada tugas besar untuk mengambil langkah strategis demi mengatasi masalah ini melalui upaya yang berkelanjutan.
Responses