• Nasi kuning memiliki akar budaya yang kuat sebagai salah satu makanan tradisional khas Indonesia. Dalam sejarahnya, nasi kuning pertama kali muncul sebagai simbol dalam berbagai upacara adat dan perayaan. Warna kuningnya, yang berasal dari kunyit, melambangkan kekayaan, kemakmuran, dan rasa syukur. Makanan ini sering disajikan pada acara-acara seperti syukuran, pernikahan, kelahiran, hingga peringatan tertentu, di mana nasi kuning dianggap membawa keberkahan bagi yang menyajikan dan menyantapnya.

      Awalnya, nasi kuning hanya dibuat di rumah untuk acara khusus. Namun, seiring waktu, penjual makanan tradisional mulai melihat potensinya untuk dijual secara komersial. Pada era awal, nasi kuning dijual oleh pedagang keliling atau di pasar tradisional dengan kemasan sederhana berupa daun pisang. Biasanya, nasi ini disajikan sebagai sarapan dengan lauk pauk seperti telur rebus, tempe orek, abon, sambal, dan kerupuk, sehingga menjadi pilihan praktis dan mengenyangkan bagi masyarakat.

      Pada era 1970-1980-an, penjualan nasi kuning mulai meluas ke warung makan dan tenda kaki lima. Ini menjadikannya lebih populer, terutama di kota-kota besar. Penjual mulai menawarkan variasi lauk seperti ayam goreng, serundeng, hingga sambal goreng hati untuk menarik lebih banyak pembeli. Pada masa ini, nasi kuning menjadi ikon sarapan yang mudah ditemukan di berbagai daerah Indonesia.

      Memasuki era modern, penjualan nasi kuning mengalami perubahan signifikan. Dari yang awalnya hanya tersedia di pasar dan warung, kini nasi kuning dapat ditemukan di restoran hingga layanan katering. Kemasan yang dulu sederhana kini lebih modern, menggunakan kotak styrofoam atau kemasan ramah lingkungan. Bahkan, nasi kuning telah memasuki ranah digital dengan dijual di platform online seperti GoFood, GrabFood, dan ShopeeFood, menjadikannya lebih mudah diakses oleh generasi muda.

      Kreasi baru juga bermunculan. Beberapa penjual mulai menawarkan nasi kuning dengan lauk modern seperti ayam teriyaki, sate taichan, bahkan topping kekinian seperti keju. Inovasi ini menjadikan nasi kuning tetap relevan dan diminati oleh berbagai kalangan.

      Di sisi lain, nasi kuning juga memiliki peran penting dalam mendukung ekonomi lokal. Banyak usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia yang menjadikan nasi kuning sebagai produk andalan. Modal yang terjangkau, permintaan yang stabil, dan fleksibilitas dalam penyajian menjadikannya pilihan bisnis yang menjanjikan.

      Nasi kuning adalah bukti bagaimana warisan budaya tradisional dapat bertahan, beradaptasi, dan berkembang dalam berbagai zaman, dari tradisi hingga modernitas. Tidak hanya sekadar makanan, nasi kuning adalah simbol sejarah, budaya, dan kreativitas masyarakat Indonesia.