-
Samuel Berrit Olam posted an update
Dalam era yang semakin maju ini, kecerdasan buatan (AI) menjadi salah satu topik yang sering diperbincangkan, terutama terkait dampaknya terhadap dunia kerja. Berdasarkan berbagai laporan dari lembaga ternama seperti Goldman Sachs dan McKinsey Global Institute, ada prediksi signifikan mengenai penggantian pekerjaan oleh AI. Goldman Sachs memperkirakan bahwa sekitar 300 juta pekerjaan penuh waktu, atau 25% dari total tenaga kerja global, dapat tergantikan oleh AI, terutama di sektor administratif dan hukum. Di sisi lain, McKinsey memperkirakan dampak AI akan memengaruhi sekitar 15% tenaga kerja global, atau 400 juta pekerja, hingga tahun 2030.
Namun, tak hanya tentang hilangnya pekerjaan, AI juga diharapkan menciptakan lapangan kerja baru. Menurut laporan dari World Economic Forum, meskipun 85 juta pekerjaan mungkin akan hilang pada 2025, ada peluang tercipta 97 juta pekerjaan baru yang lebih adaptif terhadap perubahan teknologi, di mana manusia, mesin, dan algoritma bekerja sama. Hal ini menunjukkan bahwa transformasi ini tidak semata-mata berarti berkurangnya pekerjaan, tetapi perubahan dalam cara kita bekerja.
Walaupun demikian, tidak sedikit kekhawatiran di kalangan masyarakat tentang dampak AI terhadap pekerjaan. Survei Forbes Advisor mengungkapkan bahwa 77% pekerja di Amerika Serikat merasa khawatir akan kehilangan pekerjaan dalam waktu dekat akibat AI. Diskusi yang beredar di platform X dan media lainnya mencerminkan sentimen serupa, di mana masyarakat merasa terancam oleh kehadiran teknologi canggih ini.
Di sisi lain, terdapat pandangan bahwa AI tidak akan sepenuhnya menggantikan manusia dalam beberapa aspek, terutama dalam pekerjaan yang membutuhkan empati, kreativitas, dan keputusan etis. Profesi seperti psikolog, misalnya, dipandang sulit digantikan oleh AI karena sifat empati yang belum dapat diimitasi oleh mesin. Diskusi di berbagai platform menyoroti keterbatasan AI dalam aspek-aspek ini, menunjukkan bahwa manusia masih memiliki keunggulan.
Untuk menghadapi perubahan ini, pendidikan dan pelatihan ulang menjadi hal yang sangat penting. Pekerja perlu dilatih agar dapat bekerja berdampingan dengan AI, menggunakan teknologi ini sebagai alat untuk meningkatkan produktivitas. Dengan pendekatan yang seimbang, perubahan ini tidak harus menjadi ancaman, melainkan peluang bagi kita semua untuk beradaptasi dan berkembang di dunia kerja yang semakin canggih.