fbpx
    • Profile photo of Dorka

      Dorka posted an update

      4 weeks ago (edited)

      Senja yang Tak Berakhir

      Di sebuah kota kecil bernama Lumina, hiduplah sepasang kekasih, Arka dan Sinta. Keduanya bertemu di bawah sinar senja, di tepi danau yang tenang, tempat di mana waktu seakan berhenti. Arka, seorang pelukis yang melihat dunia dalam warna-warna yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, dan Sinta, seorang penulis yang mencoba menangkap keindahan dalam setiap baris tulisannya.

      Pertemuan mereka bukan kebetulan, melainkan takdir yang mengikat dua jiwa yang saling melengkapi. Setiap sore, mereka bertemu di tempat yang sama, berbagi cerita, mimpi, dan cinta yang tumbuh semakin dalam.

      Namun, kebahagiaan mereka seperti senja, indah namun singkat. Kota Lumina, yang selama ini damai, mulai mengalami pergolakan. Sebuah proyek pembangunan besar mengancam untuk mengubah kota kecil ini menjadi kota industri, merusak keindahan alam yang menjadi sumber inspirasi bagi Arka dan Sinta.

      Arka, yang sangat terikat dengan alam, merasa ini adalah serangan terhadap jiwanya. Dia mulai aktif dalam gerakan penolakan, menggunakan lukisannya sebagai bentuk protes. Sinta mendukungnya dengan kata-kata, menulis artikel yang menggugah hati nurani masyarakat.

      Semakin dalam Arka terlibat, semakin jauh ia dari Sinta. Waktu mereka bersama berkurang, digantikan oleh rapat-rapat malam dan demonstrasi. Sinta, meski mendukung, merasakan kekosongan yang ditinggalkan oleh Arka.

      Suatu malam, setelah demonstrasi yang berakhir ricuh, Arka tidak pulang. Sinta menunggu, hatinya diliputi kecemasan. Kabar buruk datang keesokan harinya; Arka ditahan karena dituduh sebagai provokator.

      Sinta berjuang sendirian, mencoba segala cara untuk membebaskan Arka. Namun, sistem hukum bergerak lambat, dan kekuatan korporasi di belakang proyek itu terlalu besar.

      Dalam penjara, Arka mulai kehilangan cahaya di matanya. Lukisannya yang dulu penuh warna, kini hanya menyisakan sketsa hitam putih, mencerminkan keputusasaan yang ia rasakan.

      Sinta, dengan setiap kunjungan, melihat cintanya memudar dalam diri Arka. Namun, ia tetap setia, menulis dengan harapan bisa menyentuh hati hakim atau siapa saja yang bisa membantu.

      Setelah berbulan-bulan, akhirnya ada titik terang. Bukti baru muncul, membersihkan nama Arka. Tapi kebebasan datang dengan harga; Arka bukan lagi pria yang Sinta kenal.

      Kebebasan Arka disambut dengan kota yang telah berubah. Danau mereka kini tercemar, pohon-pohon ditebang, dan senja yang mereka cintai tak lagi sama.

      Mereka mencoba memulai kembali, tapi bekas luka di hati Arka terlalu dalam. Dia merasa gagal, bukan hanya dalam melindungi kota, tapi juga dalam melindungi cinta mereka.

      Sinta, dalam usahanya untuk menyembuhkan Arka, menulis novel tentang perjuangan mereka. Novel itu menjadi terkenal, memberikan harapan kepada banyak orang, tapi ironisnya, tidak untuk mereka berdua.

      Arka memutuskan untuk pergi, mencari tempat baru untuk menyembuhkan diri, meninggalkan Sinta dengan kenangan dan sebuah lukisan senja terakhir mereka.

      Sinta tetap tinggal di Lumina, menjaga danau yang kini mulai pulih berkat kesadaran masyarakat yang terbangun dari novelnya. Namun, setiap senja, ia menatap kejauhan, berharap Arka kembali.

      Tapi Arka tidak pernah kembali. Ia menemukan kedamaian di tempat lain, melukis dunia dengan warna-warna baru, tapi tanpa Sinta di sisinya.

      Sinta menerbitkan buku lain, tentang perpisahan mereka, yang menjadi epilog dari cinta mereka. Buku itu mengajarkan bahwa kadang cinta saja tidak cukup.

      Di setiap halaman, Sinta menulis dengan air mata, berharap angin membawa pesan cintanya kepada Arka, dimanapun dia berada.

      Lumina akhirnya menjadi kota yang lebih hijau, lebih indah dari sebelumnya, tapi bagi Sinta, keindahan itu terasa hampa.

      Suatu hari, sebuah surat tanpa alamat pengirim sampai ke tangan Sinta. Isinya hanya satu kalimat, “Cinta kita adalah senja yang tak pernah berakhir, terima kasih.”

      Sinta tersenyum pahit, memahami bahwa meski cinta mereka berakhir, kenangan akan selalu menjadi bagian dari senja di Lumina.

      Dia terus menulis, mengabadikan setiap senja dalam kata-kata, sebagai penghormatan pada cinta yang pernah ada.

      Di tempat lain, Arka melukis senja yang berbeda, tapi selalu ada sedikit warna dari Lumina di sana, sebuah penghormatan untuk Sinta.

      Kehidupan berlanjut, mengajarkan keduanya tentang kehilangan, perubahan, dan bagaimana cinta bisa bertransformasi menjadi sesuatu yang lain, sesuatu yang abadi dalam cara yang tak pernah mereka bayangkan.

      Dan di setiap senja, baik di Lumina atau di tempat Arka berada, mereka melihat ke langit, mengingat cinta yang tak berakhir, meski tak lagi bersama.