• Jadi gini, awalnya IATA (Asosiasi Transportasi Udara Internasional) punya target buat mencapai nol emisi karbon di tahun 2050, biar industri penerbangan lebih ramah lingkungan dan sesuai sama Perjanjian Paris. Tapi, belakangan ini mereka kayaknya mulai ragu bisa beneran nyampe target itu.

      Kenapa? Soalnya, Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan (SAF)—yang jadi andalan buat ngurangin emisi—produksinya jauh dari ekspektasi. Tahun 2024, produksi SAF cuma sekitar 1 juta ton, padahal awalnya diperkirakan bisa nyampe 1,5 juta ton. Itu artinya, SAF baru kepake sekitar 0,3% dari total bahan bakar penerbangan dunia, dan diprediksi naik dikit jadi 0,7% di 2025. Masih kecil banget buat ngejar target net zero!

      Masalah utamanya?

      • Produksi SAF masih lambat banget – Kilang biofuel yang bisa bikin SAF masih sedikit, dan biayanya mahal.
      • Perusahaan minyak gede belum banyak ikutan – IATA nyindir perusahaan minyak karena mereka kurang gercep buat investasi di SAF.
      • Eropa kalah saing dari AS – Amerika udah kasih banyak insentif buat produksi SAF, sementara Eropa agak ketinggalan.

      Direktur IATA, Willie Walsh, ngasih kode kalau maskapai mungkin bakal harus nge-review ulang target net zero inikarena kondisi di lapangan gak sesuai harapan. Dia juga bilang, tanggung jawab ini gak bisa cuma ditumpukin ke maskapai aja, tapi perusahaan minyak juga harus ambil peran lebih besar.

      Intinya, IATA mulai sadar kalau target net zero 2050 makin susah buat dicapai karena bahan bakar hijau yang diandalkan belum berkembang sesuai rencana. Bisa jadi nanti bakal ada penyesuaian strategi, entah mundurin target atau cari alternatif lain.