Menurunnya Angka Pernikahan di Jepang: Karier dan Biaya Hidup Jadi Faktor Utama
Fenomena menurunnya angka pernikahan di Jepang semakin mencolok, dengan berbagai faktor sosial, ekonomi, dan budaya yang saling berhubungan. Salah satu faktor utama adalah prioritas karier, terutama di kalangan wanita. Banyak dari mereka lebih memilih fokus pada pekerjaan daripada membentuk keluarga, mengingat tuntutan karier yang berat serta jam kerja yang panjang.
Selain itu, biaya hidup yang tinggi di kota-kota besar seperti Tokyo menjadi pertimbangan penting. Harga perumahan dan pendidikan yang mahal membuat sebagian besar masyarakat ragu untuk menikah atau memiliki anak karena beban finansial yang besar.
Pandangan terhadap pernikahan juga mengalami pergeseran. Bagi generasi muda Jepang, pernikahan tidak lagi dianggap sebagai tujuan hidup utama. Hidup mandiri atau memilih hubungan non-pernikahan semakin diterima di masyarakat. Tekanan sosial untuk menikah juga turut mempengaruhi keputusan banyak orang, terutama wanita, yang seringkali menghadapi ekspektasi sosial untuk berhenti bekerja setelah menikah atau memiliki anak.
Faktor lainnya adalah menurunnya minat terhadap hubungan romantis di kalangan anak muda Jepang. Banyak yang menganggap pernikahan sebagai komitmen yang berat dan lebih memilih gaya hidup bebas tanpa ikatan.
Kurangnya kebijakan kesejahteraan dari pemerintah, seperti cuti melahirkan yang memadai dan dukungan finansial untuk keluarga, juga membuat orang semakin enggan untuk menikah. Kombinasi faktor-faktor ini menjelaskan mengapa angka pernikahan di Jepang terus mengalami penurunan.
Responses