
Kim Jong-un Unjuk Kekuatan: Kapal Perang Nuklir Baru Korea Utara Guncang Asia
Korea Utara sekali lagi mengguncang komunitas internasional dengan peluncuran kapal perusak terbarunya, Choe Hyon, yang dilengkapi dengan rudal balistik dan rudal jelajah berkemampuan nuklir. Dalam sebuah upacara yang diadakan di Galangan Kapal Nampho, Pemimpin Tertinggi Kim Jong-un, bersama putrinya Kim Ju Ae, meluncurkan kapal berbobot 5.000 ton ini, mengirimkan sinyal kuat di tengah meningkatnya ketegangan dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan (Reuters).
Spesifikasi Kapal Perang Choe Hyon
Kapal ini bukan hanya simbol kekuatan, tetapi juga menunjukkan peningkatan signifikan dalam persenjataan militer Korea Utara. Dipersenjatai dengan senjata utama kaliber 127mm, sistem pertahanan udara Pantsir-ME, dan 74 sel sistem peluncuran vertikal (VLS), Choe Hyon dirancang untuk membawa rudal balistik dan rudal jelajah berkemampuan nuklir. Kapal ini juga dilengkapi dengan radar array bertahap dan sistem sonar canggih untuk mendeteksi ancaman bawah air (Wikipedia).
Namun, keterbatasan dalam teknologi mutakhir, isolasi internasional, dan kurangnya jaringan komunikasi militer modern dapat membatasi efektivitas operasional jangka panjang kapal perusak.

Ancaman Nyata di Balik Kapal Perang Ini
Peluncuran Choe Hyon memperkenalkan ancaman strategis baru. Dengan kemampuan untuk melakukan serangan nuklir dari laut, Korea Utara memperluas opsi serangan pre-emptive, yang secara signifikan meningkatkan ketegangan regional. Meskipun kapal ini menghadapi masalah terkait dukungan satelit dan standar pelatihan kru, nilai simbolisnya dalam memperkuat strategi pencegahan Korea Utara terhadap AS dan Korea Selatan tetap tidak dapat disangkal.
Kesenjangan teknologi ini juga meningkatkan risiko kesalahan perhitungan selama operasi maritim, terutama di perairan yang diperebutkan seperti Laut Jepang dan Laut Kuning.

Kelemahan Utama Kapal Perusak Korea Utara
Meskipun penampilannya mengintimidasi, Choe Hyon menderita beberapa kelemahan kritis:
- Sistem senjata dengan akurasi presisi tinggi yang dipertanyakan.
- Kapasitas terbatas untuk misi air biru yang diperpanjang.
- Kerentanan terhadap gangguan dan serangan udara presisi karena kurangnya dukungan satelit.
- Tantangan pemeliharaan jangka panjang karena sanksi internasional.
Selain itu, Korea Utara belum menunjukkan kemampuan untuk mengelola operasi angkatan laut berskala besar secara efektif di luar perairan pesisirnya – tidak seperti kekuatan angkatan laut yang sudah mapan seperti Jepang atau Amerika Serikat.
Peluncuran kapal perang nuklir Choe Hyon menggarisbawahi komitmen serius Korea Utara untuk meningkatkan kemampuan militernya di semua bidang, termasuk operasi laut lepas. Terlepas dari kelemahan teknologi dan operasional yang menonjol, langkah ini menegaskan bahwa ambisi militer Pyongyang tidak dapat lagi diremehkan.
Respon