jengkol

Potensi Jengkol sebagai Sumber Protein Nabati Tinggi, Meski Belum Menandingi Protein Hewani

Jengkol, tanaman khas Asia Tenggara yang dikenal dalam kuliner lokal, kini mendapatkan sorotan lebih dalam dunia nutrisi. Penelitian terbaru menemukan bahwa biji jengkol memiliki kandungan protein yang cukup tinggi setelah diolah, meski jumlahnya masih di bawah protein hewani. Studi Rahmadian et al. (2019) mengungkap bahwa setelah melalui proses pengolahan seperti blanching (perendaman air panas), kandungan asam amino bebas dan total protein pada biji jengkol meningkat signifikan. Dalam bentuk kering, biji jengkol mengandung sekitar 10,08% protein, angka yang masih lebih rendah dibandingkan sumber protein hewani seperti daging dan ikan.

Tidak hanya biji, daun jengkol pun tak kalah bergizi. Penelitian Hidayah et al. (2019) mencatat bahwa daun jengkol mengandung 15,17% hingga 19,26% protein, terutama bermanfaat sebagai pakan ternak ruminansia. Hasil ini mengungkap potensi daun jengkol sebagai sumber protein nabati alternatif.

Penelitian ini telah dipublikasikan sejak 2019, dan sebagian besar dilakukan di Indonesia, negara yang menjadikan jengkol sebagai bagian integral dari masakan lokal. Temuan ini hadir di tengah tren pola makan berbasis nabati, memberikan jengkol kesempatan menjadi pilihan bagi konsumen yang mencari sumber protein berkelanjutan.

Namun, meskipun hasil penelitian menunjukkan potensi yang menjanjikan, protein yang terkandung dalam jengkol belum mampu menandingi kadar protein 20-25% yang ditemukan dalam daging ayam atau ikan. Proses pengolahan seperti blanching memang membantu meningkatkan kandungan protein, tetapi hingga saat ini, jengkol masih diposisikan sebagai pilihan protein nabati yang baik, meski belum bisa menggantikan peran protein hewani dalam jumlah.

Dengan demikian, jengkol dapat dipertimbangkan sebagai alternatif sumber protein nabati, terutama bagi mereka yang mencari opsi lebih berkelanjutan, meski masih perlu pengolahan lebih lanjut untuk meningkatkan kandungan nutrisinya agar dapat bersaing dengan protein hewani.

Related Articles

Responses