Para Pendiri Hengkang, Gojek dan Tokopedia Bertransformasi: Apa yang Terjadi?
Dunia teknologi Indonesia dikejutkan dengan hengkangnya para pendiri dua unicorn terbesar, Gojek dan Tokopedia, dari jajaran manajemen GoTo, perusahaan hasil merger dari kedua startup tersebut. Keputusan ini menandai babak baru dalam perjalanan perusahaan yang telah menjadi ikon industri teknologi di Tanah Air. Namun, di balik berita ini, banyak yang bertanya-tanya: apa alasan di balik keputusan tersebut, dan bagaimana dampaknya bagi perusahaan serta ekosistem startup di Indonesia?
William Tanuwijaya: Dari Tokopedia ke Langkah Baru
William Tanuwijaya, salah satu pendiri Tokopedia, resmi meninggalkan jabatannya sebagai komisaris GoTo pada Juni 2024. Keputusannya untuk mundur dari jabatan yang dipegangnya selama bertahun-tahun ini dilatarbelakangi oleh akuisisi Tokopedia oleh TikTok pada akhir 2023. Akuisisi tersebut membawa perubahan besar bagi perusahaan e-commerce raksasa ini, di mana Tokopedia tidak lagi sepenuhnya berada di bawah kendali GoTo, melainkan menjadi entitas terafiliasi yang dikendalikan oleh TikTok.
Meski William masih memiliki sebagian saham di GoTo, langkahnya untuk keluar dari jajaran manajemen menjadi penanda bahwa ia mungkin sedang mempersiapkan langkah baru. William menyatakan bahwa dirinya berencana menciptakan “kampus” lain yang akan memberikan dampak lebih besar daripada Tokopedia. William yang lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara, dikenal sebagai tokoh inspiratif yang berhasil membangun Tokopedia dari nol hingga menjadi salah satu platform e-commerce terbesar di Asia Tenggara.
Kevin Aluwi: Beralih ke Venture Capital
Sementara itu, Kevin Aluwi, salah satu pendiri Gojek, juga telah meninggalkan GoTo jauh sebelum William, tepatnya pada Februari 2023. Kevin yang sebelumnya menjabat sebagai direktur Gojek kini memilih bergabung dengan Lightspeed Venture Partners, sebuah perusahaan modal ventura yang berbasis di Amerika Serikat. Di sana, ia akan berperan sebagai partner yang membantu startup dalam portofolio Lightspeed mengembangkan bisnis mereka.
Keputusan Kevin untuk bergabung dengan perusahaan modal ventura ini bukan tanpa alasan. Sebagai salah satu pendiri yang membawa Gojek menjadi unicorn, Kevin memiliki pengalaman yang mendalam dalam membangun dan mengembangkan bisnis berbasis teknologi. Kini, ia beralih peran sebagai mentor dan pembimbing bagi para pendiri startup lain, membantu mereka menghadapi tantangan dan peluang yang ada di pasar Asia.
Andre Soelistyo dan Nadiem Makarim: Transformasi Kepemimpinan
Pendiri lain yang juga hengkang dari GoTo adalah Andre Soelistyo, co-founder yang pernah menjabat sebagai CEO GoTo. Andre mundur dari jabatannya pada Juni 2024 untuk fokus pada bidang lain, setelah memimpin perusahaan melalui berbagai fase transformasi, termasuk merger antara Gojek dan Tokopedia. Di bawah kepemimpinannya, GoTo melakukan IPO dan tercatat di Bursa Efek Indonesia, menjadikannya salah satu perusahaan teknologi terbesar di Asia Tenggara.
Sebelumnya, pendiri Gojek yang lain, Nadiem Makarim, juga telah lebih dulu meninggalkan perusahaan pada Oktober 2019 ketika ia ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi oleh Presiden Joko Widodo. Meskipun demikian, nama Nadiem tetap menjadi ikon dalam sejarah Gojek, karena ia adalah sosok yang memulai revolusi ojek online di Indonesia, yang kemudian berkembang menjadi platform super app dengan berbagai layanan mulai dari pengiriman makanan hingga layanan keuangan.
Dampak Bagi GoTo dan Ekosistem Startup
Keputusan para pendiri ini untuk mundur dari GoTo tidak serta merta membuat mereka benar-benar “meninggalkan” perusahaan. Mereka masih memiliki saham di GoTo, dan langkah ini lebih mencerminkan pergeseran fokus dalam peran mereka. Seperti yang dijelaskan oleh analis pasar, keputusan ini adalah bagian dari transformasi GoTo yang kini bergerak menuju fase yang lebih dewasa sebagai perusahaan teknologi.
Dalam pandangan Cheryl Tanuwijaya, Kepala Riset Mega Capital Sekuritas, perubahan ini adalah langkah alami bagi perusahaan yang telah berkembang pesat. Setelah IPO, GoTo tidak bisa lagi beroperasi seperti startup yang fokus pada pertumbuhan cepat. Kini, perusahaan harus lebih berorientasi pada profitabilitas dan stabilitas jangka panjang.
Seiring dengan perubahan ini, GoTo juga mengalami pergeseran fokus bisnis. Setelah Tokopedia diakuisisi TikTok, GoTo semakin fokus pada layanan on-demand seperti Gojek dan sektor fintech. Ini berarti Tokopedia tidak lagi menjadi inti utama dari ekosistem GoTo, meskipun masih ada dalam ekosistem yang lebih luas.
Apa yang Bisa Dipelajari Startup Lain?
Hengkangnya para pendiri dari GoTo memberikan pelajaran penting bagi startup lain, terutama yang sedang atau akan menerima investasi besar atau bahkan IPO. Ketika sebuah perusahaan tumbuh menjadi raksasa teknologi, kebutuhan dan tantangan yang dihadapinya berubah. Di fase awal, pendiri biasanya memimpin secara langsung, mengatur segala aspek operasional. Namun, saat perusahaan memasuki tahap yang lebih matang, peran ini seringkali diambil alih oleh para profesional yang lebih berpengalaman dalam mengelola perusahaan besar.
Investasi besar, baik dari venture capital atau melalui IPO, sering kali membawa tekanan bagi perusahaan untuk mengubah arah dan fokus pada keuntungan. Dalam kasus GoTo, ini terlihat jelas ketika perusahaan beralih dari fokus pada pertumbuhan cepat menjadi fokus pada profitabilitas. Hal ini bisa menjadi tantangan bagi pendiri yang mungkin memiliki visi berbeda dari para investor dan manajemen baru.
Startup lain yang melihat perkembangan ini mungkin harus bersiap menghadapi dinamika serupa, terutama jika mereka berencana menerima investasi besar atau melakukan IPO. Sebuah transformasi kepemimpinan bisa menjadi bagian penting dari proses ini, dengan pendiri mungkin perlu mundur atau mengambil peran yang lebih strategis di luar operasional sehari-hari.
Hengkangnya para pendiri Gojek dan Tokopedia dari GoTo menandai era baru bagi ekosistem teknologi di Indonesia. Keputusan ini menunjukkan bagaimana perusahaan teknologi, setelah mencapai skala besar, sering kali membutuhkan transformasi kepemimpinan untuk menghadapi tantangan baru. Meskipun demikian, para pendiri ini tetap menjadi bagian penting dari sejarah dan perkembangan perusahaan, dan langkah mereka ke depan mungkin akan membuka jalan bagi inovasi-inovasi baru di industri teknologi.
Perubahan ini juga menggarisbawahi pentingnya fleksibilitas bagi startup yang tumbuh pesat. Saat sebuah perusahaan bergerak dari fase pertumbuhan cepat menuju stabilitas jangka panjang, perubahan kepemimpinan dan strategi bisnis menjadi hal yang wajar. Startup lain di Indonesia dan seluruh dunia dapat mengambil pelajaran berharga dari perjalanan GoTo, di mana keputusan-keputusan besar sering kali menjadi titik balik yang membawa perusahaan menuju arah yang lebih matang dan berkelanjutan.
Dengan transformasi ini, GoTo diprediksi akan terus berkembang sebagai salah satu perusahaan teknologi terbesar di Asia, meskipun tanpa kehadiran langsung para pendirinya. Namun, dampak dari keputusan ini tidak hanya terbatas pada GoTo. Industri startup Indonesia dan Asia Tenggara akan terus diawasi untuk melihat bagaimana perusahaan-perusahaan lain menavigasi fase transisi yang serupa dalam perjalanan mereka menuju pertumbuhan yang lebih besar dan lebih berkelanjutan.
Responses